Seorang raja lewat di kawasan hutan hingga tiba-tiba dia bertemu dengan seorang teramat tua yang mencangkul tanah. Berhenti sejenak, sang raja menghampiri sang kakek. “kek, buat apa kau capek-capek menanam pohon yang sudah pasti kau tak bisa makan buahnya?”. Sambil meletakkan cangkul dan mengelap keringat di dahinya, si kakek tersenyum. “kenapa harus aku yang memakannya? bukankah akan ada lebih banyak orang yang akan memakannya kelak?”.
Kawan-kawan, lewat cerita ini, marilah kita mencoba membuang jauh-jauh sifat egois dalam diri manusia kita. Kita adalah orang muda yang cenderung bersifat pragmatis. Mementingkan kepentingan sesaat dan kesenangan sesat. Kita akan melalui fase menjadi orang dewasa yang pasti akan butuh lebih banyak sikap dan pemikiran jangka panjang. Kita sadari, kita sebagai orang muda, dalam kasus di atas adalah sang raja yang terlalu banyak makan kemewahan yang didapatkan dengan singkat tanpa kerja keras. Kita cenderung tak terlalu ambil pusing dengan jalan di depan yang luas terbentang. Belum menyadari bahwa kita sebenarnya pemimpin yang dielu-elukan rakyat untuk merubah hidup mereka. Hidup rakyat jelata yang tak bisa mengecap kenikmatan sekejap mata.
MATA KITA MASIH BUTA! Nyatanya, kita belum jua sadar bahwa ada gap yang jauh antara kita dengan mereka yang gap itu kita ciptakan sendiri dan, itu juga tidak kita sadari. KEMISKINAN DAN KEKAYAAN.
Sampai kita bertemu orang tua yang giat bekerja, kita belum sadar. Iya, pragmatisme yang selama ini kita rawat dan melekat di alam bawah sadar kita,dibabat habis oleh sang kakek. Karena kita mencoba memahami pekerjaan kakek dengan gaya kita, ya tidak nyambung! Kita hanya bisa mencoba mencela si kakek tanpa kita tahu bahwa kitalah yang teramat bodoh. Kita yang terbiasa meminta “buah” dari orang lain tanpa kita tahu proses penanaman buah tersebut. Dan walaupun kita menanam, tapi dengan egoisnya kita memakan sendiri hasilnya. Yang lebih parah, kita memanen “buah” dari pohon tanpa kita memikir dan tak ambil pusing siapa yang telah menanamnya. Tanpa berterima kasih kepada yang menanamnya dahulu.
MULAILAH merubah gaya hidup anda sekarang juga! Banyak-banyaklah kita menanam. Pastilah kalau kita menanam dengan baik, akan ada hasil yang dirasakan, walaupun bukan kita yang merasakan.
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bisa memberi manfaat kepada yang lain dan yang paling baik budi pekertinya.
Kudus, 18 Shofar 1433
Tidak ada komentar:
Posting Komentar