Sabtu, 14 Januari 2012

Saudara Muslim: satu kesatuan

Seorang muslim adalah satu tubuh dengan muslim yang lain. Istilah palang merah: kita semua bersaudara. Dan, sebagaimana layaknya saudara, apakah kita boleh menyakiti orang lain? Sebagaimana kita menyayangi diri sendiri, bolehkah anggota tubuh kita lukai dengan alasan apapun.
Kenapa kita mencela orang lain yang mungkin lebih baik dari kita?hanya terpancing emosi sesaat dan sesat kita menafikan usaha kita bergaul dengan mereka selama ini? Hanya dengan kemarahaan sekejap kita meniadakan kebaikan mereka bertahun-tahun?
Lalu, bagaimana cara kita mengantisipasi agar kita tak melukai lagi anggota tubuh kita? Agar kita tak mudah mencela yang lain lagi dengan mudahnya?

1. pahamilah bahwa anda punya saudara. Iya, saudara yang banyak sekali, yakni sesama muslim. Tak bisa kita sangkal bahwa kita semua saling membutuhkan sebagai makhluk sosial. Maka, untuk menjaga simbiosis mutualisme tetap berjalan, kita teruslah memberi manfaat bagi yang lain selama kita mampu. Entah mereka menghina kita, membenci dan tak pernah menyapa kita. Sebagaimana Nabi mencontohkan, teruslah berbuat baik, maka kebaikan itu akan ada saat untuk menuai. Jadi, sambil kita menunggu waktu mereka akan sadar untuk memperbaiki hubungan dengan kita, kita jadilah diri sendiri, menebar kebajikan di muka bumi.
2. bila kita mulai gatal ingin mencela yang lain, membuat kasak-kusuk dan gossip tentang seseorang, rem dulu. Stop! Ingat bahwa Tuhan ciptakan anda dengan satu mulut dan dua telinga. Berarti Tuhan ingin kita lebih banyak mendengar daripada berbicara, apalagi yang tak ada gunanya. Dalam artian, sebelum kita membuat komentar tentang orang lain, dengarkanlah komentar orang lain tentang diri anda. Kritikan dan masukan untuk anda, bisa anda masukkan dari telinga kanan tapi mampatkan dulu di otak, proses dulu, jernihkan dulu, terima dengan pikiran yang fresh dan hati terbuka, jangan buru-buru mengeluarkannya lewat telinga kiri! Percuma kalau begitu anda punya telinga. Percuma lagi kalau anda ngomel terus kesana kemari mencari pendengar sedang anda tak mau mendengar. Hukum monopoli tidak akan berjalan selamanya. Lagian capek kan ngomong melulu. Jadi, untuk anda yang hobi tajassus, ngerasani, mencari-cari kesalahan orang lain, sudah waktunya regenerasi. Biarkan yang lain saja yang hobi seperti itu. Anda?bertaubatlah. sudah waktunya nih.
3. anda yang terbiasa guyon dengan teman sambil menyelipkan panggilan yang “tidak biasa” sampai bahkan menyakiti hati, rubah kebiasaan tersebut. Anda pun tak mau nama anda yang keren diganti nama lain yang belum jelas asal-usulnya. Kasihan ortu anda yang capek-capek mikirin nama terindah untuk sang buah hati.
4. anda mungkin yang terbiasa bersikap tertutup, tak mau berbagi dengan yang lain, cobalah berbagi. Asahlah kepekaan sosial anda dengan saling terbuka satu sama lain. Bukankah kelak anda punya pasangan hidup (suami/istri) untuk tempat kita membagi hati? Semakin kita transparan, semakin kita banyak mendengar kekurangan kita, makin banyak pula kita belajar lewat kekurangan yang dimiliki orang lain. Dan akhirnya, bukankah manusia yang selalu punya kekurangan, diciptakan berpasang-pasangan agar saling menutupi, melengkapi, menyempurnakan? Subhanallah….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar