sebenarnya tak hubungan khusus antara apem dan lemper. hanya saya yang ingin mengejawantahkan persepsi publik yang sering muncul lewat perantara kedua makanan tradisional tersebut. sama-sama terbuat dari beras (apem beras putih, lemper beras ketan) penampilan dan rasa keduanya berbeda jauh. kalau apem cenderung terbuka tanpa pembungkus dan kadang hanya ber-casing plastik, lemper lebih cenderung misterius karena tertutup dengan casing daun pisang yang kelihatan layu sehabis dikukus. kalau apem semua bagiannya punya rasa yang sama (beda kalau ada yang agak gosong khusus pada apem goreng), lemper sedikit menipu karena ternyata menyimpan rasa lezat di dalam (yakni isi yang terbungkus ketan, semacam abon atau potongan daging ayam). maka bagi orang yang belum pernah melihat keduanya, mungkin akan lebih memilih apem jika disuruh memilih salah satu. karena tampilannya lebih mudah dinikmati dan terlihat lebih berkelas dibanding lemper yang terkesan ketinggalan zaman.
diqiyaskan seperti ini...
di dunia ini banyak apem dan lemper berkaki dua. apem: para wanita yang keluar rumah tanpa hijab yang memadai (kalaupun bisa disebut hijab), bercampur baur dengan para pria dengan pakaian seadanya atau dengan pakaian you can see dengan menampilkan lekukan tubuh yang seharusnya hanya boleh terlihat ketika tidak berpakaian. maka apa guna pakaian bagi tubuh? hampir sama kan dengan plastik yang membungkus apem sehingga fisik apem tetap bisa dilihat... lemper adalah mereka yang memilih taat syariat dengan memakai hijab baik di dalam maupun luar rumah, ketika berinteraksi dengan mata para anak adam. tidak sembarangan mengumbar aurat karena tahu ada hikmah yang tersembunyi. keharaman yang mengundang kenikmatan lahir tak akan bisa mengalahkan kehalalan yang menyimpan kenikmatan lahir batin. nyatanya, para suami akan lebih bangga dengan istri yang berhijab karena merasa dihargai posisinya sebagai satu-satunya yang berhak mengeksplorasi setiap jengkal aurat istrinya tersebut. kecuali bagi para pria yang memang telah merelakan istrinya dinikmati semua mata telanjang sarang syahwat. terlebih lagi para ayah yang memiliki putri berjilbab, akan merasa digaransikan keselamatan jiwa raga anaknya itu dengan adanya identitas keislaman tersebut, khususnya di tempat umum.
sekali lagi, orang akan lebih tergiur mencicipi apem daripada menjawil lemper. sesuai dengan bahasa umum manusia, keterbukaan akan digemari dalam segala bidang. termasuk keterbukaan aurat.
para wanita yang terbuka itu mungkin berpikir santai dan acuh situasi karena merasa tak mengundang siapapun untuk berpikir ngeres terhadapnya. merasa bahwa berpakaian adalah kebebasan setian insan dan tak perlu dibatasi. terlebih lagi para muslimah yang menganggap aurat hanya perlu ditutup ketika shalat saja.
pikiran yang benar-benar salah tentunya. buat apa Tuhan menyuruh kaum hawa menutup aurat pada waktu shalat melainkan hanya untuk melindungi dari fitnah mata liar manusia. Allah tahu fisik dan batin manusia. tempat paling tersembunyi pun tak ada yang terlewat...
sayang sekali..
sekarang banyak lemper yang iri dan ingin memposisikan diri sebagai apem. mereka yang di rumah dan sekolah berjilbab, tapi main ke rumah tetangga atau teman dengan kaos dan celana pendek. para istri yang berangkat kerja memakai jilbab tapi malah selingkuh dengan teman sekantor. ibu rumah tangga yang sering ditinggal tugas keluar kota oleh suami, lama-kelamaan tak kuat dengan lirikan tetangga.
sayang sekali jika lemper-lemper yang lezat dibuka begitu saja untuk dirubung lalat-lalat kotor... wahai para wanita yang berharga...kembalilah ke fitrah awal kalian..bila ingin terbuka, terbukalah kepada Allah, dengan bertaubat dan kembali di jalan-Nya yang penuh dengan hikmah dan kebenaran!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar