dilukiskannya ayat-ayat suci
di atas kanvas rapi
indah, dan mata hati kembali cerah
dia menang
atas jutaan mata tertawan
aku tenang
cukuplah kulukis ayat-ayat tadi
melekat di palung sanubari
tak perlu ada yang mengerti
kelak Dia-lah yang membeli
ditilawahkannya ayat-ayat Ilahi
di padang telinga manusia
yang mati kata, mati rasa
puas, memanjang rantai dosa gontai bebas
dia menang
atas telinga-telinga buta aksara
aku tenang
ada dia yang tak ada dua
menuntunku yang terbata
diajarkannya pada generasi bangsa
ayat-ayat manusia
tentang dunia dan agama
tentang satu hati dan jutaan cinta
dia kini sudah lupa membaca
enggan takwa dan bosan dosa
dia menang
atas kebodohan yang telah menepi
sepi, tak pernah lagi menanti
atas segala perjuangan yang berbuah manis
mengundang semut kehidupan berebut hati
aku tenang
saat hati membenci kata tanpa rasa
kala lisan tak lagi bisa membaca
waktu dan waktu terus membuntuti aku
sedang aku hanya berpijak pada ilmu
hanyalah cinta dan pemiliknya
yang datang melebarkan sayapku
dihiburnya anak dan cucu manusia
dengan tangis dan tawa
dan cinta tanpa ku tahu batasnya
ibu
cukuplah engkau
bila tiada mereka di hati
untuk sebuah rumah yang dulu (dan sekarang) ramai dengan petuah ilmu
di pelosok desa pinggir bengawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar