Kamis, 08 Maret 2012

untuk apa menangis?

sejak kecil saya memang sering menangis untuk hal-hal yang dipandang orang lain sebagai sesuatu yang lumrah bahkan "cekeremes". tak peduli kata orang bahwa seorang lelaki harus bergaya maskulin dan tidak melankolis, yang artinya seminimal mungkin mengekspresikan kesedihan, cengeng, apalagi menangis untuk hal-hal kecil.
ketika masih di bangku MI, kakiku tak sengaja tergencet oleh kaki meja yang sedang digeser oleh seornag teman. aku tidak marah. bukannya tidak mau, tapi karena tidak bisa. aku tak tahu cara marah yang benar karena memang tak pernah dididik oleh keluargaku untuk melampiaskan kekesalan lewat marah-marah. dendam dan rasa jengkel itu akhirnya hilang bersama air mata keikhlasan. bukan keikhlasan untuk digencet dan di dholimi lain kali, tapi ikhlas untuk selalu berbuat baik terhadap sesama.
pada saat yang lain, air mataku tak tertahankan begitu melihat ayam kampung kesayanganku, teman bermain tiap hari, mati mendadak. sedih bukan karena tak bisa menyembelihnya untuk dimakan dan juga bukan karena sudah tak bisa dijual, tapi benar-benar merasa kehilangan sesosok 'teman' yang bisa menghibur hati di kala gundah, yang bisa memahami perlakuan seorang anak kecil walau tanpa bahasa yang memadai.
seringkali aku terisak menahan laju air mata yang hampir keluar setelah menerima kebaikan yang diberikan atau ditularkan orang-orang terdekat atau siapapun yang kutemui. maka kala aku tak bisa membalas kebaikannya dengan setimpal, aku hanya memohonkan seuntai doa pada Ilahi, agar aku bisa meneladaninya atau membalas kebaikan itu suatu saat. minimal, agar Allah melipatgandakan sendiri amalnya tersebut.

ada hikmah yang tersirat dibalik tangisan. ada untaian nikmat kala lisan ini terkunci menahan tawa dan hanya melepaskan senyuman. tangis akan selalu membuka tabir hati sebagai gerbang taufiq Ilahi. tawa akan dapat menorehkan noda hitam di atas kanvas putih kebaikan dan membuat hati akan menjadi keras,sedangkan senyuman selamanya akan bernilai shodaqoh, jika kita bijak mengaturnya.

falyadhakuu qoliilaa, walyabkuu katsiroo....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar